Sebelumnya :
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Prolog
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Malam di Singapura
Indochina Trip (5Countries 10Days): Suatu Siang (yang panjang) di Singapura
Indochina Trip (5Countries 10Days): Karma Malaka
Indochina Trip (5Countries 10Days): Such a Slow Day in Malacca
Indochina Trip (5Countries 10Days): Bangkok's Unpredictable Crowd
Indochina Trip (5Countries 10Days): God is in Details
Indochina Trip (5Countries 10Days): Crowded yet Empty Cambodia
Bisa dibilang perjalanan dari Siem Reap menuju Ho Chi Minh City menjadi perjalanan ter-awkward kami. Ini pertama kali nya bagi kami naik sleeper bus, sebenarnya ada pilihan lain menuju Ho Chi Minh City melalui Pnom Penh, namun karena kami skip Pnom Penh, akan lebih mudah bagi kami untuk naik bus terusan sampai Ho Chi Minh City. Kami berangkat dari hostel pukul 11 malam, kami tinggal berjalan kaki dari One Stop Hostel menuju pool bus nya, di situ kami naik semacam travel bus untuk menuju ke pool lain yang terdapat bus besar.
Saat pertama kali masuk sleeper bus, kami cukup terheran-heran (it’s our first time!) dan menuju bunk bed masing-masing. Sleeper bus itu
semacam bus yang berisi bunk bed (kasur
tingkat) dengan komposisi 1 jalan dan 2. Tentu saja saya ambil yang sendirian,
sedangkan Hanief dan Hendro berdua. Well,
it’s not awkward for me but for them, actually. Pada masing masing dinding bed terdapat colokan dan ada bantal dan
selimut. Seru juga karena kami bercampur dengan banyak foreigner bule yang hendak menuju entah Pnom Penh atau Ho Chi Minh
City. Sleeper bus ini semacam hostel
berjalan.
Saya segera tertidur karena
kelelahan seharian berkeliling Angkor Wat dan menunggu waktu di One Stop Hostel
sampai pukul 11. Kami tiba-tiba saja sudah sampai di Pnom Penh. Suasana Pnom
Penh hampir sama saja seperti Siem Reap, konon di perbatasan ini banyak
terdapat kasino-kasino, namun saya terlalu mengantuk untuk memperhatikannya.
Kami turun di sebuah pool untuk ganti bus langsung menuju Ho Chi Minh City.
Cukup unik karena kami dinaikkan tuk-tuk terlebih dahulu untuk menuju pool bus
selanjutnya. Sekitar pukul 7 kami heading
to Ho Chi Minh City menggunakan bus biasa, tidak seramai malamnya, karena
beberapa tourist memilih untuk stay sekitar 1-2 hari di Pnom Penh.
Pada tengah perjalanan bus
berhenti di suatu tempat makan untuk memberi kesempatan penumpang makan dan
buang air, konsepnya sama seperti bus bus di Indonesia. Akhirnya kami tiba di
perbatasan Ho Chi Minh City sekitar pukul 11-12 siang, dan untuk melewati
perbatasan Kamboja – Vietnam, masih jauh lebih baik kondisinya dibandingkan
Thailand – Kamboja, berupa semacam mall / bangunan besar yang lebih tertata
rapi. Namun, sama anehnya, sebelum turun dari bus, petugas bus mengumpulkan
paspor kami, selanjutnya kami hanya berjalan masuk menuju ruangan imigrasi tadi
dan dipanggil satu-satu dengan paspor yang sudah di cap tanpa diperiksa
orangnya! Hanya diperiksa tasnya. Well.
Selanjutnya, pemandangan jalanan
sepi dengan sedikit kendaraan bermotor perlahan mulai berganti dengan jalanan
lebar dengan dominasi sepeda motor di kanan kiri jalan. It’s Ho Chi Minh City, baby! Kami turun tentu saja di pusat
wisatawan di Ho Chi Minh City, Pham Ngu Lao. Baru tiba kira-kira jam 2 siang.
HCMC Skyline |
Pham Ngu Lao |
Pertama tentu saja kami mencari
hostel dan kami menjatuhkan pilihan pada Eco Green Hostel dengan harga 8 USD
per malam, such a big deal. Setelah
meletakkan barang di kamar kami yang sepertinya sudah tidak makan dengan benar
sejak di Kamboja, kami memutuskan untuk makan di tempat yang agak sedikit benar
di sini. Sebelumnya kami menukar uang dulu di money changer, oh ya, rate Vietnam
Dong ini separuh dari rupiah, agak terkejut juga saat kami mengambil uang 500rb
Dong Vietnam yang keluar berupa satu lembar uang kertas senilai 500.000 yang
kira-kira sekitar 250 – 300 rb rupiah.
Kami segera mencari makan di
sekitar Pham Ngu Lao, yang sebenarnya menyerupai Khao San Road dan Night Market
hanya saja lebih berupa ruko-ruko. Kami mencoba makanan otentik Vietnam berupa
mie sesuatu (lupa namanya) dan kebetulan tidak cocok. Hahaha jadilah kami belum
bisa makan dengan proper sore itu. Kami melanjutkan dengan strolling around district 1 di sekitar Pham Ngu Lao. Kami menuju ke
arah Art Museum, Ben Tanh, dan melihat Bitexco Financial Tower yang terkenal dengan helipadnya di HCMC sambil menikmati
suasana golden hour.
Uniknya Ho Chi Minh City adalah,
meskipun trafficnya dipenuhi oleh ratusan motor yang ramai dan berjubelan,
dengan helm kupluk yang bukan helm
standar seperti di Indonesia, HCMC amazingly has one of the best park, by the best I mean, tamannya besar-besar
dan sejuk dengan pohon-pohon rindang, di hampir setiap ruas jalan terdapat satu
taman besar yang berisi masyarakat yang melakukan aktivitas seperti
berolahraga, duduk-duduk, atau bermain.
Sore hari nya kami hanya duduk di
suatu taman di tengah keriweuhan traffic sambil
melihat ibu-ibu senam dan sekelompok pemuda bermain semacam menangkis bola bulu
semacam kok dengan menggunakan kaki, oh ya sambil jajan semacam gethuk seharga 20rb Vietnam Dong sampai
menjelang maghrib. Damai~ Santai~
Oh ya, di sini kami menemukan di
kanan-kiri berupa coffee shop, hampir
semua orang minum kopi dan banyak juga yang berjualan kopi menggunakan sepeda.
Menjelang malam, kami berjalan pulang di sekitar Pham Ngu Lao untuk mencari
makan malam melewati taman-taman lain sambil kemudian terpana lagi melihat
sekelompok orang tua bermain permainan tadi (yang kemudian kami ketahui bernama jianzi atau dacau dalam bahasa Vietnam),
adalah permainan tradisional HCMC, mereka bermain dengan kekuatan penuh,
kami yang melihatnya seperti ngilu, tapi super seru!
Suasana damai di taman |
Ruko-ruko |
Golden Hour di jalanan HCMC |
Bitexco Financial Centre |
Kami kemudian makan di sebuah
kaki lima yang berjualan ibu-ibu aktif yang menawarkan setiap orang yang lewat.
Kami makan 3 menu berbeda untuk berupa makanan otentik Vietnam. Semacam apa ya,
hmm… sebenarnya saya kurang begitu terkesan dengan makanan Vietnam jadi kurang
melekat di ingatan. Semacam ayam mentega dan sayur tumis sesuatu. Bukan yang
tidak enak, hanya lebih ke hambar dan kurang berkesan.
Kami pulang sekitar pukul 9 – 10
malam dan beristirahat di hostel. Tidak banyak yang dapat saya ceritakan hari ini, setengah hari itu kami habiskan hanya dengan
berjalan dan bersantai-santai di taman-taman kota Ho Chi Minh City sambil
melihat orang-orang pribumi bermain sambil jajan. Such a peacefull moment for us after a long week. We enjoy HCMH as its best. Santai dan damai, begitu paradoks dengan traffic di jalanan HCMC.
Addina Faizati
Selanjutnya:
2 comments
Semacam ayam mentega dan sayur tumis sesuatu.
ReplyDeleteSesuatu apakah itu? hahahahah
iyaaa enyak loo :3
Delete