Indochina Trip (5Countries 10Days): Suatu Siang (yang panjang) di Singapura
By addinaf - 11:11:00 AM
Sebelumnya :
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Prolog
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Malam di Singapura
Day 2, 31 March 2015
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Prolog
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Malam di Singapura
Day 2, 31 March 2015
Kami bangun dan mulai bersiap mulai pukul 6 sampai pukul 8
pagi. Sambil sarapan di hostel kami berdiskusi sedikit soal rute perjalanan
hari itu yang agak sedikit kacau dikarenakan kesuperbodohan kami salah melihat
jam AM dan PM untuk keberangkatan kemarin. Hal ini sedikit berimbas pada tiket
pesawat yang sudah kami beli dari Hat Yai (Thailand) menuju Bangkok pada
tanggal 1 alias besok! Sungguh impossibru
sekali. Sempat terjadi sedikit perdebatan dan permasalahan kecil diantara
kami bertiga.
Saya pribadi masih ingin tetap stay setidaknya satu hari di Malaka, kalau Hendro lebih ingin skip, Hanief berbeda lagi. Perdebatan kusir yang cukup membuang waktu sampai akhirnya kami bertiga memutuskan untuk jalani saja dulu seperti apa yang sudah direncanakan. Kami keluar sekitar pukul 8.30 sekaligus check out dari hostel dengan backpack kembali di punggung masing masing.
Saya pribadi masih ingin tetap stay setidaknya satu hari di Malaka, kalau Hendro lebih ingin skip, Hanief berbeda lagi. Perdebatan kusir yang cukup membuang waktu sampai akhirnya kami bertiga memutuskan untuk jalani saja dulu seperti apa yang sudah direncanakan. Kami keluar sekitar pukul 8.30 sekaligus check out dari hostel dengan backpack kembali di punggung masing masing.
WOHA Architects' Office literally in front of our hostel Bye Hongkong Street |
Keunikan dari Singapura adalah bagaimana kebijakan
menjadikan area ground floor setiap
bangunannya menjadi plaza atau
menjadi milik publik, dengan kompensasi dari pemerintah adalah menambah bonus
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) dari
tiap bangunan. Jadi jangan heran kalau perkantoran maupun apartemen di
Singapura tidak berpagar dan tidak ‘tertutup’, karena memang mereka
mendedikasikan ground floor mereka
untuk pejalan kaki dan area publik. Singapura sampai sekarang masih membuat saya kagum, kira kira satu tahun penuh saya terakhir kali ke Singapura dan entah sudah berapa ‘benda asing’ yang muncul di negara tersebut, entah itu bangunan, MRT, atau another mega structure.
Bahkan untuk bangunan mewah sekelas Marina Bay Sands pun
kita diperbolehkan masuk sesuka hati pada lantai dasarnya, yang kemudian
menjadi ekstra bonus untuk kami melihat mega
structure Marina Bay Sands dari dalam, dari lantai 1 dan 4 nya yaitu Skywalk Marina Bay Sands yang kemudian berhubungan dengan
area Garden by the Bay.
Mega Structure Marina Bay Sands |
Masuk ke dua dome tersebut membutuhkan kira kira 30SGD, tapi
karena kami tidak memiliki banyak uang (dan waktu) kami memutuskan untuk masuk
ke Cloud Forest saja. Saya kebetulan pernah masuk dua dua nya dan Cloud Forest
menurut saya memang lebih menarik kalau dibandingkan dengan Flower Dome. Memasuki Cloud Forest kami disambut oleh hawa dingin yang memang diatur untuk menjaga air terjun artificial dan 'hutan' di dalamnya. Sebenarnya ironi, karena sementara itu, air terjun dan hutan asli di Indonesia malah 'dibiarkan' tidak terawat begitu saja.
Kira kira satu jam kami menikmati Cloud Forest, waktu sudah menunjukkan kira kira pukul 11 siang, keluar dari Cloud Forest benar benar membuat kami shock akan suhu asli Singapura siang itu. Super panas! Pun kami harus berjalan lagi menuju stasiun MRT Marina Bay untuk menuju destinasi kami selanjutnya, National Design Centre. Kami turun di Bugis dan berjalan sedikit menuju National Design Centre yang terletak di seberang National Library of Singapore.
Kami sengaja datang ke sana karena sedang ada pameran What's Inside Heatherwick Studio. Heatherwick adalah desainer produk sekaligus arsitek terkenal dari UK. Hanief yang anaknya paling ngarsitek di antara kami paling kegirangan ketika melihat lihat pamerannya. Saya yang sebenarnya sudah capek memlih lebih banyak duduk dan menikmati suasana atrium pameran. Penjaga pameran di sini sangat sangat ramah dan bersemangat untuk menjelaskan semuanya mengenai konsep dan desain dari benda yang dipamerkan kepada kami, kebetulan waktu itu memang tidak terlalu banyak pengunjungnya.
Saya sendiri sangat suka dengan maket maket kecil nya yang berupa modul kecil kecil bisa dimainkan secara interaktif oleh pengunjung pameran. Oh iya! The best part nya adalah kami bertiga berhasil berputar 360 derajat dengan Magic Spun Chair nya Mr. Heatherwick. Ultra lovely! Kami bertiga keluar pameran dengan kegirangan.
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul satu siang, tidak jauh dari situ, kami berjalan menuju Queen Street untuk mencari bus menuju Malaka, tujuan kami selanjutnya. Cara menuju Queen Street awalnya cukup membingungkan karena letaknya yang relatif tidak terlihat. Catatan untuk kalian yang mau ke Queen Street, halte bus nya terletak di balik lapangan besar itu. Entah mengapa kami merasa ragu ragu dengan bus dan harganya yang sekitar 20SGD, padahal kami sebenarnya sudah tahu kalau harganya memang sekitar 20 an SGD. Kami memutuskan untuk hold diri kami dan berteduh di sekitar Queen Street, dan Hanief berbincang bincang dekat seorang Malaysian, Bapak tersebut memberikan kami info bahwa bus tersebut tergolong mahal dan info info lain yang saya kurang memahami karena diucapkan dalam bahasa melayu yang terlalu cepat.
Kami yang sudah lelah dan lapar memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, menurut bapak tadi ada restoran halal di dekat Queen Street. Mendengar nama Zam Zam saya langsung bersemangat, konon katanya Zam Zam merupakan tempat makan nasi briyani halal yang cukup terkenal di Singapura. Letaknya kira kira harus menyebrangi jalan besar kemudian berbelok sedikit.
Kami pun makan siang di Zam Zam, Hanief dan Hendro memang kebetulan sudah mengidamkan nasi briyani dan es teh tarik. Memang enak nasi briyani ayam di Zam Zam, saya yang kurang menyukai makanan yang terlalu berbumbu makan cukup banyak, entah karena lapar juga mungkin ya. Sambil makan, kami mendiskusikan tujuan kami selanjutnya, ataukah menuju NUS untuk melihat bangunan karya Heatherwick atau menuju Woodland (terminal Singapura) untuk menuju Malaka? Kami pun terpaksa mengikhlaskan tiket 200 ribu menuju Bangkok dari Hat Yai karena jelas tidak mungkin. Sambil menimbang nimbang kami kembali berjalan menuju MRT Bugis dan melihat peta untuk memastikan rute kami yang sebenarnya sama jauhnya.
Dalam perjalanan menuju MRT kami sempat melihat masjid dan sholat terlebih dahulu di Masjid Sultan yang terletak di Arab Street. Tanpa sadar saya dan Hanief melihat plang bertuliskan Haji Lane. Spontan kami berseru kegirangan dan bergegas menyusuri jalanan yang instagram-able di setiap sudutnya itu. Yeayness!
Haji Lane merupakan kawasan bangunan heritage yang sudah disulap menjadi butik, toko, dan kafe kecil yang lucu dengan konsep warna warni dan mural di tiap sudutnya. Ultra lovely! Butik butik nya pun memiliki konsep garage sale atau flea markte. Saya sendiri sempat membeli kaos kaki lucu yang dijual seharga 10SGD untuk 3 pasang nya. Selama penglihatan saya, hanya ada satu bangunan yang dirubah fasad nya, yaitu berupa coffee shop. Sudah terlanjur mungkin ya.
Penemuan Haji Lane tadi membuat kami bersemangat lagi dalam perjalanan menuju stasiun MRT. Setelah melihat rute MRT yang sama jauhnya (baik menuju Woodland ataupun menuju Learning Hub nya Heatherwick), secara spontan akhirnya kami memutuskan untuk tetap sesuai jadwal dan menuju Malaka untuk stay di Malaka paling tidak satu hari. Kami pun menuju Woodland, cukup jauh dari Bugis, kalau tidak salah melewati 12 stasiun MRT. Waktu kalau tidak salah sudah hampir menunjukkan pukul dua atau tiga siang.
Sepanjang perjalanan menuju Woodland, yang tidak lain tidak bukan adalah tepian Singapura, kami melihat banyak sekali apartemen dengan angka angka di sisi nya. Pemerintah Singapura memang hebat dalam melakukan rancang kota, pusat kota ditujukan untuk perekonomian, wisata, dan perkantoran. Sedangkan sisi luar benar benar khusus housing sehingga tidak lagi diperlukan desain yang terlalu mewah, yang terlihat hanyalah bangunan perumahan yang efektif.
Sesampainya di Woodland, kami turun ke bawah untuk menuju terminal, sedikit cukup membingungkan bagi kami. Karena bus yang tersedia adalah SMRT, yang biasa kami lihat di dalam kota. Karena kami pikir bus nya akan seperti bus antar kota seperti yang kami lihat di Queen Street tadi. Kami antri di bus nomor 159 dengan tertera tujuan Johor Baru, menurut bapak India di sebelah kami, biaya nya hanya 1,7SGD saja! Dengan catatan harus bayar dengan uang pas, ya, dan tiket kecil itu harus kami simpan sampai kami benar benar tiba di Johor Baru nanti untuk proses imigrasi.
Kami mencari cari receh receh kami dan alhamdulillah terkumpul cukup untuk kami bertiga. Benar benar kami di antrian mengeluarkan seluruh receh SGD yang kami punya sisa sisa dari naik MRT lo. Hahaha
Tidak lama kemudian bus SMRT datang dan kami sedikit khawatir karena masih belum yakin. Saya membaca baca lagi beberapa screenshot dari blog orang yang sengaja saya simpan di handphone saya dan memang ada satu blogger yang melakukan hal yang sama sih, jadi saya cukup tenang karena sudah ada panutan dari blog orang. Menurut seorang Ibu di sebelah kami, perjalanan menuju Johor Baru hanya setengah jam saja dan tidak terlalu jauh. Semacam siang yang cukup panjang di Singapura hari ini dan kemudian hanya dengan 1,7SGD kami bisa sampai di Malaysia. Whoaa!
See you later, Singapore, and, here we go, Malaysia!
Selanjutnya:
Indochina Trip (5Countries 10Days): Karma Malaka
Indochina Trip (5Countries 10Days): Such a Slow Day in Malacca
Indochina Trip (5Countries 10Days): Bangkok's Unpredictable Crowd
IndoChina Trip (5Countries 10Days): God is in Details
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Crowded yet Empty Cambodia
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Mystical Sunrise in Angkor Wat
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Last Stop: Ho Chi Minh City!
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Lovely Ho Chi Minh City
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Epilog
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Budget and Itinerary
Kira kira satu jam kami menikmati Cloud Forest, waktu sudah menunjukkan kira kira pukul 11 siang, keluar dari Cloud Forest benar benar membuat kami shock akan suhu asli Singapura siang itu. Super panas! Pun kami harus berjalan lagi menuju stasiun MRT Marina Bay untuk menuju destinasi kami selanjutnya, National Design Centre. Kami turun di Bugis dan berjalan sedikit menuju National Design Centre yang terletak di seberang National Library of Singapore.
Cloud Forest Ambience |
Saya sendiri sangat suka dengan maket maket kecil nya yang berupa modul kecil kecil bisa dimainkan secara interaktif oleh pengunjung pameran. Oh iya! The best part nya adalah kami bertiga berhasil berputar 360 derajat dengan Magic Spun Chair nya Mr. Heatherwick. Ultra lovely! Kami bertiga keluar pameran dengan kegirangan.
Magic Spun Chair |
Prototype of UK's Pavilion |
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul satu siang, tidak jauh dari situ, kami berjalan menuju Queen Street untuk mencari bus menuju Malaka, tujuan kami selanjutnya. Cara menuju Queen Street awalnya cukup membingungkan karena letaknya yang relatif tidak terlihat. Catatan untuk kalian yang mau ke Queen Street, halte bus nya terletak di balik lapangan besar itu. Entah mengapa kami merasa ragu ragu dengan bus dan harganya yang sekitar 20SGD, padahal kami sebenarnya sudah tahu kalau harganya memang sekitar 20 an SGD. Kami memutuskan untuk hold diri kami dan berteduh di sekitar Queen Street, dan Hanief berbincang bincang dekat seorang Malaysian, Bapak tersebut memberikan kami info bahwa bus tersebut tergolong mahal dan info info lain yang saya kurang memahami karena diucapkan dalam bahasa melayu yang terlalu cepat.
Kami yang sudah lelah dan lapar memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, menurut bapak tadi ada restoran halal di dekat Queen Street. Mendengar nama Zam Zam saya langsung bersemangat, konon katanya Zam Zam merupakan tempat makan nasi briyani halal yang cukup terkenal di Singapura. Letaknya kira kira harus menyebrangi jalan besar kemudian berbelok sedikit.
Kami pun makan siang di Zam Zam, Hanief dan Hendro memang kebetulan sudah mengidamkan nasi briyani dan es teh tarik. Memang enak nasi briyani ayam di Zam Zam, saya yang kurang menyukai makanan yang terlalu berbumbu makan cukup banyak, entah karena lapar juga mungkin ya. Sambil makan, kami mendiskusikan tujuan kami selanjutnya, ataukah menuju NUS untuk melihat bangunan karya Heatherwick atau menuju Woodland (terminal Singapura) untuk menuju Malaka? Kami pun terpaksa mengikhlaskan tiket 200 ribu menuju Bangkok dari Hat Yai karena jelas tidak mungkin. Sambil menimbang nimbang kami kembali berjalan menuju MRT Bugis dan melihat peta untuk memastikan rute kami yang sebenarnya sama jauhnya.
Dalam perjalanan menuju MRT kami sempat melihat masjid dan sholat terlebih dahulu di Masjid Sultan yang terletak di Arab Street. Tanpa sadar saya dan Hanief melihat plang bertuliskan Haji Lane. Spontan kami berseru kegirangan dan bergegas menyusuri jalanan yang instagram-able di setiap sudutnya itu. Yeayness!
Haji Lane merupakan kawasan bangunan heritage yang sudah disulap menjadi butik, toko, dan kafe kecil yang lucu dengan konsep warna warni dan mural di tiap sudutnya. Ultra lovely! Butik butik nya pun memiliki konsep garage sale atau flea markte. Saya sendiri sempat membeli kaos kaki lucu yang dijual seharga 10SGD untuk 3 pasang nya. Selama penglihatan saya, hanya ada satu bangunan yang dirubah fasad nya, yaitu berupa coffee shop. Sudah terlanjur mungkin ya.
Colors of Haji Lane |
Pinky Window You can find another colors here! |
Sepanjang perjalanan menuju Woodland, yang tidak lain tidak bukan adalah tepian Singapura, kami melihat banyak sekali apartemen dengan angka angka di sisi nya. Pemerintah Singapura memang hebat dalam melakukan rancang kota, pusat kota ditujukan untuk perekonomian, wisata, dan perkantoran. Sedangkan sisi luar benar benar khusus housing sehingga tidak lagi diperlukan desain yang terlalu mewah, yang terlihat hanyalah bangunan perumahan yang efektif.
Sesampainya di Woodland, kami turun ke bawah untuk menuju terminal, sedikit cukup membingungkan bagi kami. Karena bus yang tersedia adalah SMRT, yang biasa kami lihat di dalam kota. Karena kami pikir bus nya akan seperti bus antar kota seperti yang kami lihat di Queen Street tadi. Kami antri di bus nomor 159 dengan tertera tujuan Johor Baru, menurut bapak India di sebelah kami, biaya nya hanya 1,7SGD saja! Dengan catatan harus bayar dengan uang pas, ya, dan tiket kecil itu harus kami simpan sampai kami benar benar tiba di Johor Baru nanti untuk proses imigrasi.
Kami mencari cari receh receh kami dan alhamdulillah terkumpul cukup untuk kami bertiga. Benar benar kami di antrian mengeluarkan seluruh receh SGD yang kami punya sisa sisa dari naik MRT lo. Hahaha
Tidak lama kemudian bus SMRT datang dan kami sedikit khawatir karena masih belum yakin. Saya membaca baca lagi beberapa screenshot dari blog orang yang sengaja saya simpan di handphone saya dan memang ada satu blogger yang melakukan hal yang sama sih, jadi saya cukup tenang karena sudah ada panutan dari blog orang. Menurut seorang Ibu di sebelah kami, perjalanan menuju Johor Baru hanya setengah jam saja dan tidak terlalu jauh. Semacam siang yang cukup panjang di Singapura hari ini dan kemudian hanya dengan 1,7SGD kami bisa sampai di Malaysia. Whoaa!
See you later, Singapore, and, here we go, Malaysia!
Selanjutnya:
Indochina Trip (5Countries 10Days): Karma Malaka
Indochina Trip (5Countries 10Days): Such a Slow Day in Malacca
Indochina Trip (5Countries 10Days): Bangkok's Unpredictable Crowd
IndoChina Trip (5Countries 10Days): God is in Details
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Crowded yet Empty Cambodia
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Mystical Sunrise in Angkor Wat
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Last Stop: Ho Chi Minh City!
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Lovely Ho Chi Minh City
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Epilog
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Budget and Itinerary
Addina Faizati
2 comments
aaah can't wait for the next post Din! ;)
ReplyDeleteyaaay tunggu selanjutnya ya re :D
Delete