6th Cups
sebuah proyek yang tidak sengaja ter-re-write. tulisan pengembangan dari draft kasar semasa SMA. terkembang dengan cerita cerita yang baru saja dibuat disini. berkembang. berikut hanya cuplikan. seteguk kopi dari cangkir cangkir kopi yang sudah saya seduh.
......
"Arsitek itu membangun
impian, ya?" kata Dania pada sebuah hari yang lama, jauh sebelum hari ini.
Di sebuah kedai kopi lawas di daerah Braga, di suatu malam yang biasa saja, seperti hari hari kita berdua biasanya pada hari hari tersebut. Malam dan kopi.
"Impianku, rumah dua lantai,
dengan perpustakaan, halaman yang cukup luas untuk anak kita bermain sepeda,
ada hammock, jalan setapak dari batu..." kemudian Dania terdiam sejenak.
Menatap mataku dalam dalam. Sambil terus menggenggam erat majalan arsitektur
yang biasa dijual di kios kios koran. Kebiasaanmu membaca majalah majalah dan
tabloid arsitektur, padahal kamu kuliah di jurusan akuntansi inilah yang mampu membuatku
masih mensyukuri tumpukan pekerjaanku di studio, Dan.
Mata Dania masih menatapku dalam dalam kemudian kepalanya bersandar di bahu kurusku.
Mata Dania masih menatapku dalam dalam kemudian kepalanya bersandar di bahu kurusku.
"Kamu impianku, Ray."
Aku tersenyum. Mengacak pelan rambutnya. Kemudian mencium ubun ubun kepalanya. Mencium ubun ubun kepalanya, bagiku sama nikmatnya seperti menyesap wangi kopi Bali. Sedikit aroma citrusnya menghangatkan, sekaligus menyegarkan. Sama seperti kamu. Akan kulakukan setiap hari jika bisa.
Kamu kopi Bali ku, Dan.
......
0 comments