"I swear I don't love the drama, it loves me."
(Taylor Swift - End Game)
Selanjutnya, postingan ini adalah lanjutan dari post sebelumnya Flatmates Drama (1). Pada post ini, akan saya ceritakan drama-drama flatmates yang mungkin cukup berbeda dan tidak se-biasa yang sebelumnya. Gonna be another long post, but, enjoy!
6. Flatmate Satpam dan Hidupnya yang Berat
Kisah hidupnya benar-benar berat. Saya sendiri mengetahui latar belakang kehidupannya dari salah seorang flatmate yang cukup dekat dengannya. Singkat cerita, saya punya flatmate, yang bekerja sebagai satpam di suatu agen satpam ternama di Italia. Saya sendiri cukup terkejut dengan fakta ini, karena menurut saya, tanpa bermaksud menghina fisik, si Satpam ini cukup terlalu gendut untuk menjadi satpam. Saya tidak membayangkan kalau dia jaga di bank atau kantor, bagaimana cara mengejar penjahat? Satpam ini selalu bekerja pagi subuh jam 5 pagi dan baru pulang sore, atau terkadang malam, tergantung shift saat itu. Karena badannya yang gendut ini, saya dari kamar bisa mendengar suara nafasnya kalau habis naik tangga (karena apartemen saya yang ini terdiri dari tiga lantai tanpa lift). Seperti sangat capek. Saya sendiri kasihan. Waktu saya membuat tiramisu untuk flatmates, saya menawarinya, tapi katanya dia tidak bisa makan manis karena sakit diabetes. Saya bisa mengetahui bahwa dibandingkan flatmates saya yang lain, flatmate yang ini memang berbeda, saya yakin dia tidak berpendidikan tinggi (dari gerak-gerik, tingkah laku, dan cara berbicaranya), dia juga mengisi waktu luang hanya dengan menonton TV dan makan.
Sampai suatu hari saya ngobrol-ngobrol dengan salah satu flatmate yang dekat dengan Satpam ini (oh ya saya memang kesulitan berkomunikasi dengan Satpam karena dia benar-benar tidak bisa berbicara Bahasa Inggris, dan berbicara dengan Italian aksen/dialek yang kuat). Ternyata Satpam ini bertugas menjaga bangunan yang sudah tidak digunakan (abandoned), maka terjawablah pertanyaan saya sebelumnya. So basically he is doing nothing. He is just go to the building, sit there, watch TV, eat, sleep, and that's all. The same thing that he always do here! Begitu kata flatmate saya, dia juga menambahkan, selain menjaga bangunan kosong, tugasnya juga mengusir homeless yang berusaha menetap di bangunan tersebut, menghitung jumlah kucing yang tinggal di dalam bangunan (?), dan membuka pintu jika ada orang yang mau mengambil atau meletakkan barang di bangunan tersebut (semacam gudang mungkin). Selanjutnya dia juga bercerita kalau hampir setiap bulan Satpam ini pinjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dia.
Singkat cerita, Satpam ini memutuskan untuk pindah dari apartemen. Ketika saya bertanya pada flatmate yang dekat tadi, Satpam pindah kemana? He will stay in his office. In the building that he works on! I feel sad for him. He doesn't have money to rent a room.
But, how about his family? Wife? Do you know about his family?
No, he doesn't have anyone. As I know he used to have a wife, but they decided to divorce, and I don't know about his children, I don't know if he needs to give money to his ex-wife and children or not.
How old is he?
He is 52. Yeah. It's really difficult to be him.
Dalam benak saya waktu itu, Satpam ini sebenarnya orang yang sangat ceria dan lucu (walaupun saya tidak mengerti apa yang dia katakan), tapi saya yakin sebenarnya dia adalah orang yang lucu. Mungkin kalau sudah seperti ini, lebih baik dia kembali ke daerah asalnya di selatan Italia. Tapi sebenarnya, kalau sudah kembali, mau kerja apa, sama saja bingungnya. Ditambah dengan fakta dia tidak memiliki siapa-siapa. I feel really sad for him.
PS: Setau saya, sekarang Satpam sudah tinggal di daerah sub-urban Milan dan quit pekerjaannya sebagai satpam dan menjadi tukang potong daging di supermarket. Semoga hidupnya lebih mumpuni. Amin.
Kisah hidupnya benar-benar berat. Saya sendiri mengetahui latar belakang kehidupannya dari salah seorang flatmate yang cukup dekat dengannya. Singkat cerita, saya punya flatmate, yang bekerja sebagai satpam di suatu agen satpam ternama di Italia. Saya sendiri cukup terkejut dengan fakta ini, karena menurut saya, tanpa bermaksud menghina fisik, si Satpam ini cukup terlalu gendut untuk menjadi satpam. Saya tidak membayangkan kalau dia jaga di bank atau kantor, bagaimana cara mengejar penjahat? Satpam ini selalu bekerja pagi subuh jam 5 pagi dan baru pulang sore, atau terkadang malam, tergantung shift saat itu. Karena badannya yang gendut ini, saya dari kamar bisa mendengar suara nafasnya kalau habis naik tangga (karena apartemen saya yang ini terdiri dari tiga lantai tanpa lift). Seperti sangat capek. Saya sendiri kasihan. Waktu saya membuat tiramisu untuk flatmates, saya menawarinya, tapi katanya dia tidak bisa makan manis karena sakit diabetes. Saya bisa mengetahui bahwa dibandingkan flatmates saya yang lain, flatmate yang ini memang berbeda, saya yakin dia tidak berpendidikan tinggi (dari gerak-gerik, tingkah laku, dan cara berbicaranya), dia juga mengisi waktu luang hanya dengan menonton TV dan makan.
Sampai suatu hari saya ngobrol-ngobrol dengan salah satu flatmate yang dekat dengan Satpam ini (oh ya saya memang kesulitan berkomunikasi dengan Satpam karena dia benar-benar tidak bisa berbicara Bahasa Inggris, dan berbicara dengan Italian aksen/dialek yang kuat). Ternyata Satpam ini bertugas menjaga bangunan yang sudah tidak digunakan (abandoned), maka terjawablah pertanyaan saya sebelumnya. So basically he is doing nothing. He is just go to the building, sit there, watch TV, eat, sleep, and that's all. The same thing that he always do here! Begitu kata flatmate saya, dia juga menambahkan, selain menjaga bangunan kosong, tugasnya juga mengusir homeless yang berusaha menetap di bangunan tersebut, menghitung jumlah kucing yang tinggal di dalam bangunan (?), dan membuka pintu jika ada orang yang mau mengambil atau meletakkan barang di bangunan tersebut (semacam gudang mungkin). Selanjutnya dia juga bercerita kalau hampir setiap bulan Satpam ini pinjam uang untuk memenuhi kebutuhan hidup dia.
Singkat cerita, Satpam ini memutuskan untuk pindah dari apartemen. Ketika saya bertanya pada flatmate yang dekat tadi, Satpam pindah kemana? He will stay in his office. In the building that he works on! I feel sad for him. He doesn't have money to rent a room.
But, how about his family? Wife? Do you know about his family?
No, he doesn't have anyone. As I know he used to have a wife, but they decided to divorce, and I don't know about his children, I don't know if he needs to give money to his ex-wife and children or not.
How old is he?
He is 52. Yeah. It's really difficult to be him.
Dalam benak saya waktu itu, Satpam ini sebenarnya orang yang sangat ceria dan lucu (walaupun saya tidak mengerti apa yang dia katakan), tapi saya yakin sebenarnya dia adalah orang yang lucu. Mungkin kalau sudah seperti ini, lebih baik dia kembali ke daerah asalnya di selatan Italia. Tapi sebenarnya, kalau sudah kembali, mau kerja apa, sama saja bingungnya. Ditambah dengan fakta dia tidak memiliki siapa-siapa. I feel really sad for him.
PS: Setau saya, sekarang Satpam sudah tinggal di daerah sub-urban Milan dan quit pekerjaannya sebagai satpam dan menjadi tukang potong daging di supermarket. Semoga hidupnya lebih mumpuni. Amin.
7. Flatmate Rajin Belajar
Cerita flatmate ini cukup menginspirasi saya. Flatmate ini, sebut saja Jati, adalah salah satu flatmate terbaik yang pernah saya miliki selama satu setengah tahun di Milan. Sayang sekali dia sudah pindah untuk kehidupannya yang lebih baik. Dia sudah merantau ke Milan sejak dia lulus SMA sebagai chef (tukang masak) di salah satu restoran Asia di Milan karena kenalan orang tuanya. Sejak itu juga dia tidak dikirimi uang oleh keluarganya, dan hanya mengandalkan uang dari bekerja sebagai tukang masak. Singkat cerita, Jati berpindah-pindah dari tukang masak restoran satu ke yang lainnya untuk mencari bayaran yang lebih layak. Sekarang Jati total sudah 5 tahun di Milan, dan dia bisa lancar berbahasa Italia karena otodidak! Super super inspiring!
Latar belakangnya yang berasal dari Asia membuat saya yakin bahwa untuk belajar Bahasa Italia bukanlah hal yang mudah untuk Jati. Tapi saya sendiri yakin kalau Jati memang benar-benar tekun, karena saya sering melihat dia belajar di ruang makan, atau mendengarkan podcast, atau menempel catatan-catatan Bahasa Italia - Bahasa Inggris di beberapa tempat di rumah. Misal, di dekat microwave, Jati menempelkan notes, Bahasa Italia dari kata yang digunakan dalam microwave untuk membuatnya mudah mengingat.
Selain rajin, Jati juga sangat bersih, ramah, dan supel. Setiap waktunya Jati piket, rasanya flat seperti baru lagi. Setiap sudut dia bersihkan, dia cuci kesed, ganti pel, dan lap-lap kompor.
Saya semakin salut dengan Jati karena dia bertekad untuk mulai mengambil bachelor degree di salah satu universitas ternama di Milan. Oh ya, umur Jati ini sama dengan saya. Jati bertekad ingin mengambil program internasional, Jati juga perlu mencari beasiswa, dan akan bekerja sambil kuliah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum mendaftar tahun depan, Jati harus mencapai skor IELTS/TOEIC/TOEFL dengan batas minimum. Jati belajar sendiri setiap hari saya tahu hidup dia hanya berenang (hobinya), belajar, dan kerja malam hari.
Jati sering sekali bertanya-tanya tentang kehidupan kuliah dengan teman-teman internasional, seperti apa suasananya, salah satu pertanyaannya juga, apakah tugasnya banyak, apa harus sering main keluar dengan teman? Sampai akhirnya di hari tes nya, Jati pamit ke saya dan minta disemangati! Fight Jati! Karena saya tahu biaya yang dikeluarkan Jati untuk melakukan tes resmi tidaklah sedikit. Saya cukup sedih ketika mendengar Jati belum berhasil memenuhi syarat di tes tersebut.
I need to do it again, Addina.
Kemudian satu bulan kemudian Jati memutuskan untuk menata ulang hidupnya, Jati keluar dari restoran tempat dia bekerja dan pindah ke restoran lain, pindah flat, Jati mencari yang lebih murah, dan dengan kontrak minimal 6 bulan untuk keperluan dokumen beasiswa, dan sebagainya-dan sebagainya. Semoga cita-citamu tercapai ya, Jati!
Cerita flatmate ini cukup menginspirasi saya. Flatmate ini, sebut saja Jati, adalah salah satu flatmate terbaik yang pernah saya miliki selama satu setengah tahun di Milan. Sayang sekali dia sudah pindah untuk kehidupannya yang lebih baik. Dia sudah merantau ke Milan sejak dia lulus SMA sebagai chef (tukang masak) di salah satu restoran Asia di Milan karena kenalan orang tuanya. Sejak itu juga dia tidak dikirimi uang oleh keluarganya, dan hanya mengandalkan uang dari bekerja sebagai tukang masak. Singkat cerita, Jati berpindah-pindah dari tukang masak restoran satu ke yang lainnya untuk mencari bayaran yang lebih layak. Sekarang Jati total sudah 5 tahun di Milan, dan dia bisa lancar berbahasa Italia karena otodidak! Super super inspiring!
Latar belakangnya yang berasal dari Asia membuat saya yakin bahwa untuk belajar Bahasa Italia bukanlah hal yang mudah untuk Jati. Tapi saya sendiri yakin kalau Jati memang benar-benar tekun, karena saya sering melihat dia belajar di ruang makan, atau mendengarkan podcast, atau menempel catatan-catatan Bahasa Italia - Bahasa Inggris di beberapa tempat di rumah. Misal, di dekat microwave, Jati menempelkan notes, Bahasa Italia dari kata yang digunakan dalam microwave untuk membuatnya mudah mengingat.
Selain rajin, Jati juga sangat bersih, ramah, dan supel. Setiap waktunya Jati piket, rasanya flat seperti baru lagi. Setiap sudut dia bersihkan, dia cuci kesed, ganti pel, dan lap-lap kompor.
Saya semakin salut dengan Jati karena dia bertekad untuk mulai mengambil bachelor degree di salah satu universitas ternama di Milan. Oh ya, umur Jati ini sama dengan saya. Jati bertekad ingin mengambil program internasional, Jati juga perlu mencari beasiswa, dan akan bekerja sambil kuliah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebelum mendaftar tahun depan, Jati harus mencapai skor IELTS/TOEIC/TOEFL dengan batas minimum. Jati belajar sendiri setiap hari saya tahu hidup dia hanya berenang (hobinya), belajar, dan kerja malam hari.
Jati sering sekali bertanya-tanya tentang kehidupan kuliah dengan teman-teman internasional, seperti apa suasananya, salah satu pertanyaannya juga, apakah tugasnya banyak, apa harus sering main keluar dengan teman? Sampai akhirnya di hari tes nya, Jati pamit ke saya dan minta disemangati! Fight Jati! Karena saya tahu biaya yang dikeluarkan Jati untuk melakukan tes resmi tidaklah sedikit. Saya cukup sedih ketika mendengar Jati belum berhasil memenuhi syarat di tes tersebut.
I need to do it again, Addina.
Kemudian satu bulan kemudian Jati memutuskan untuk menata ulang hidupnya, Jati keluar dari restoran tempat dia bekerja dan pindah ke restoran lain, pindah flat, Jati mencari yang lebih murah, dan dengan kontrak minimal 6 bulan untuk keperluan dokumen beasiswa, dan sebagainya-dan sebagainya. Semoga cita-citamu tercapai ya, Jati!
8. Pemilik Flat Tersangka Kriminal
Kali ini bukan flatmate, tapi pemilik flat. Jadi sebenarnya flat yang saya tempati waktu itu, saya tidak pernah bertemu dengan landlord, melainkan kaki tangan landlord (orang suruhan). Saya baru tahu hal tersebut karena salah satu flatmate saya bercerita sebelum saya datang, ada polisi yang datang ke apartemen memeriksa seisi flat untuk mengecek barang-barang di rumah. Karena ternyata, landlord tersebut tersangka kriminal memiliki senjata api ilegal!
Ya ampun. Kejadian ini terjadi sebelum saya pindah, saya sudah cukup khawatir akan kelanjutan sewa rumah. Benar dong, kemudian ada kasus yang membuat polisi harus datang dan mengecek barang-barang, dan saya diperingatkan orang suruhan landlord tadi untuk pergi di siang hari pada jam polisi akan cek rumah. Ya mungkin karena saya tidak bisa berbahasa Italia, jadi akan lebih baik kalau saya tidak di rumah. Suruhan landlord saya tadi bilang kalau mau beralasan di depan polisi bahwa saya adalah saudara dari landlord. Yha gimana ya rasnya saja berbeda pak.
Saya pribadi sangat khawatir. Beruntungnya, seminggu sebelum hari H pengecekan polisi, suruhan landlord tadi bilang kalau masalah sudah beres, saya tidak perlu pergi di hari tersebut, karena polisi tidak akan datang. Saya tidak mau ikut-ikut urusan ini. Setahu saya, landlord ini memang memiliki istri dan anak-anak yang harus dibiayai, dan mungkin selama dia dipenjara karena kasus kepemilikan senjata api ilegal tadi, uang yang dipakai untuk biaya hidup anak-anak dan istrinya ya uang sewa apartemen.
PS: Sekarang semua masalah dan drama landlord ini sudah beres.
9. Flatmate Overdosis
Last, but not least. This is the scariest shit that ever happened.
Pada suatu malam, rumah saya kedatangan orang baru yang kamarnya terletak di sebelah kamar saya. Saya ingat waktu saya masuk rumah, saya melihat flatmate saya yang lain, kami saling menyapa dengan normal. Ketika saya berganti baju, saya mendengar ada suara-suara dari kamar sebelah. Oh, mungkin memang sudah ada orang baru yang mengisi kamar itu. Setelah selesai ganti baju dan berberes, saya bergegas ke dapur untuk masak makan malam. Saya lihat lampu dapur mati, saya terkejut bukan main ketika menyalakan lampu dapur, dari dalam dapur, terdengar suara laki-laki, suaranya serak, berbicara apa saya kurang paham, dalam Bahasa Italia, saya perkirakan waktu itu dia bilang "Silau! Matikan lampunya." atau bahkan totally non-sense. Lebih mengerikan lagi, dia tampak shaking, seperti kejang-kejang, dan tidak menghadap pintu dapur (membelakangi pintu dapur, di ujung dekat alat masak dan meja makan). Hanya dalam hitungan detik, saya segera mematikan lampu dapur, dan kembali menuju kamar dan mengunci pintu kamar.
Saya chat landlord saya (yang kebetulan tinggal di lantai bawah), menanyakan apa memang benar ada orang baru di kamar sebelah?
Yes Addina, but he seems a little bit weird. I will kick him out soon. Wait a bit.
Saya benar-benar ketakutan. Kalian mungkin paham, kalau mengenal orang, kita bisa melihat mana orang yang waras, mana yang tidak. Orang ini, sekali lihat, sudah tahu bahwa pasti ada yang tidak beres. Tidak berapa lama, landlord saya datang dan mengetuk pintu kamar saya. Dia bilang bahwa orang yang datang berbeda dengan orang yang viewing rumah, dan orang ini tampak sedikit gila dan aneh, malah mungkin dia memakai obat-obatan. Sambil landlord saya menirukan suntik di tangannya.
Don't forget to lock your door, Addina. Text me or call me if he bothers you!
Jam 9 malam, lapar, pulang kampus, ada orang aneh di dalam rumah, sendirian. Saya bertanya-tanya kemana flatmate saya yang tadi saya lihat di dapur. Saya kemudian chat flatmate saya yang tadi dan bertanya apa dia sudah melihat orang baru dan bertanya di mana dia sekarang. Tidak berapa lama, ada yang mengetuk pintu kamar saya! Deg! Saya segera mengabari landlord saya kalau ada yang mengetuk pintu kamar saya. Landlord saya membalas; arrivo, yang artinya dia akan datang segera. Tidak sampai 5 menit, ada text dari landlord yang mengatakan bahwa dia ada di dapur, lebih baik saya ke sana dengan landlord, dan landlord saya juga menambahkan bahwa flatmate saya (yang saya text tadi) juga ada di sini.
Saya cepat-cepat menuju dapur. Flatmate saya bertanya-tanya. What happened?
The new guy is really weird, he even knocked on my door!
No, Addina, that was me! Haha I was sleeping before, and because you texted me I decided to knock your door to have a talk.
Untuk beberapa saat kami cukup lega mengetahui bahwa bukan si flatmate aneh yang mengetuk pintu kamar. Kemudian landlord saya menjelaskan bahwa dia sudah mengusir flatmate aneh itu tapi dia meminta waktu sampai besok pagi.
Ah yes! He is really weird, he was shaking a lot. I don't know if he just drunk or use weed, or, drugs.
Kata flatmate saya membenarkan keanehan si orang baru tadi. Kami sepakat bahwa besok pagi dia akan pergi dan malam ini kami harus benar-benar mengunci pintu kamar. Keesokan harinya, saya yang berangkat pagi dan bersiap dengan perasaan was-was memutuskan untuk mengajak pacar saya makan malam di rumah untuk memastikan bahwa si orang baru aneh ini sudah tidak ada dan keadaan rumah sudah cukup aman.
Waktu kami sedang memasak pasta-bolognese, tiba-tiba ada suara orang dari belakang. The weird guy! Ini kali pertama saya melihatnya dengan jelas. Benar-benar aneh. Perawakannya, kurus, kecil, badannya seperti kejang but constantly, dan dia mengajak pacar saya berkenalan (saya mungkin sudah terlihat tidak ramah dan membuang muka). Dia mengajak ngobrol dengan Bahasa Italia dan keanehan berlanjut, si orang baru aneh tadi meminta pacar saya untuk menjelaskan bagaimana cara memasak risotto dalam Bahasa Italia, and he is Italian. I mean like? Dia juga bertanya apa yang kami masak, dan mencium wangi bolognese dari dekat. Sungguh membuat risih. Gerak-geriknya mencurigakan, tidak seperti layaknya orang normal. Dia bahkan tidak menggunakan sandal! Still continuously shaking. Dia juga bilang kalau dia lapar.
Kami cepat-cepat menyelesaikan masak dan memutuskan untuk makan di meja belajar kamar. Even my boyfriend said; Ini bener-bener orang aneh, mungkin dia emang make sih. Tidak berapa lama, saya mendengar suara kamar lain, flatmate baik dua, pulang bekerja, dan dia tampak disapa dan diajak ngobrol aneh-aneh juga dengan si orang baru aneh. Saya kemudian mendengar flatmate baik ini membentak; I don't know anything! I'm new here!!
Kami berkesimpulan bahwa si orang baru aneh ini masih berkeliaran di sini. Malam itu saya tidur dengan perasaan takut. Ditambah dengan saya bisa mendengar si orang baru ini mengoceh non-sense semalaman dan tertawa-tawa atau kadang terdengar mendobrak lemari atau meja. Keesokan harinya, saya pergi dari pagi (seperti biasa), sewaktu mandi, saya menemukan keanehan di toilet. Toiletnya di flush dan belum bersih. Hmm.. pasti ini si orang baru yang aneh itu. Apa boleh buat, saat itu, saya bersihkan saja kamar mandi agar saya bisa menggunakan kamar mandi.
Siangnya, saat saya sedang beraktivitas, flatmate baik pertama chat saya bahwa si orang aneh sudah pergi dan dia ternyata benar-benar menggunakan obat-obatan! Saya tidak lama pulang dan mendapati flatmate baik satu dan flatmate baik dua sedang menyapu dan mengepel seluruh isi rumah. What happened?
Short story. Flatmate baik dua sekitar pukul 9 bercerita bahwa dia mendapati toilet sangat kotor dan dia segera pergi untuk bekerja. Tidak berapa lama, pukul 10/11, flatmate baik pertama bangun tidur dan mendapati rumah sangat bau. Bau bercampur bau kotoran manusia dan bau obat! Ketika membuka pintu kamar, dia sudah melihat banyak kotoran manusia bercecer di lorong menuju kamar mandi! Segera menghubungi landlord dan melaporkan kejadian ini. Mereka menggedor pintu kamar orang baru tadi tapi tidak ada suara. Mereka khawatir orang baru ini sudah meninggal di dalam kamar. Mereka memutuskan meanwhile bersih-bersih rumah yang keadaannya sudah sangat parah.
Satu-dua jam kemudian mereka mendengar tanda-tanda suara dari kamar orang baru tadi. Mereka segera menggedor pintu dan membukanya dengan paksa. Mereka mendapati si orang baru ini dan obat-obatannya yang sangat banyak di kamar. Overdosis! Mereka membangunkan si orang baru ini dan benar-benar landlord tanpa ampun menyuruh dia packing dan pergi dari rumah sekarang juga. Orang baru ini menangis memohon-mohon agar bisa tinggal di rumah. But we can't stay with a person like that.
Menurut flatmate saya, orang baru itu muntah-muntah dan buang air besar karena kebanyakan obat-obatan tadi. Ketika ditanya, dia mengaku tidak ingat apa-apa. Setelah menangis-nangis dan memohon-mohon, landlord saya bersikeras dia mengganggu kenyamanan semua orang di rumah ini dan mengusir dia. Karena itu sorenya semua orang kerja bakti membersihkan rumah dan menyemprotkan wewangian di seluruh rumah untuk menghilangkan bau obat-obatan di dalam rumah.
Setelah selesai bersih-bersih rumah, kami masak makan malam bersama. Saya, flatmate baik satu, dan flatmate baik dua. Kami ngobrol tentang keanehan-keanehan si orang baru. Flatmate baik dua mengaku dia sampai susah tidur karena ternyata kejadian semalam, si orang baru tadi menanyakan orientasi seksual flatmate baik dua, dan si orang baru tadi mengaku dia menyukai sesama jenis.
I was so paranoid! He is so crazy! I'm afraid he will sneak into my room!!
Well, okay... saya akui flatmate baik dua ini memang cukup oke. Mungkin ini juga yang membuat si orang baru aneh itu minta dijelaskan cara masak risotto ke pacar saya. Yang jelas, kami semua benar-benar ketakutan gara-gara si orang baru aneh itu. Kami beranggapan bahwa dia adalah pecandu yang tidak diterima lagi oleh keluarganya karena itu dia dicarikan kamar sewa dan 'dilepas' begitu saja. Saya pribadi benar-benar ketakutan sampai kira-kira 3 hari setelah itu. Saya khawatir kalau si orang aneh itu masih berkeliaran di sekitar rumah.
Sebenarnya saya juga pernah memiliki flatmate depresi dan suka melempar-lempar barang, tapi mungkin tidak seekstrim yang overdosis ini. Dan tidak seberkesan yang lain karena flatmate depresi ini bisa dibilang 'kambuhan' atau tidak setiap hari menangis-nangis dan melempar barang.
Afterall, pengalaman-pengalaman aneh, dan drama-drama yang saya ceritakan mungkin tidak akan ditemukan kalau saya tidak tinggal di sini. Hal-hal tadi membuat saya yakin bahwa hal yang tidak mungkin sekalipun mungkin akan menjadi mungkin. Tinggal dengan berbagai macam orang dari berbagai macam negara, keyakinan, kebiasaan, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan membuat saya menjadi jauh lebih toleran dan fleksibel terhadap sesuatu. Because we can't force people to be exactly the same with us in term of mindset or habits.
By the end of this post, I remember one famous proverb;
"Experience is the best teacher"
It really is, no?
Addina Faizati
Milan, 2017