Iya, anak-anak kita yang sekarang sudah besar-besar dan sukses. Mereka semua bersekolah di luar negeri, tentunya. Anak perempuan kita di Amerika, mengambil ilmu kesehatan masyarakat; sedangkan anak kita yang laki-laki memilih Jerman, dengan ilmu transportasi yang dia banggakan. Sudah pastilah tidak semua orang bisa menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri seperti kita, ya kan, sayang? Karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan mahal.
“Pak, apa bapak bisa memasukkan saya?” pinta seseorang yang aku sudah sangat familiar mendengarkan ceramahnya tentang kejujuran dan keadilan di televisi, ah, lagipula, itu bukan urusanku, “Ini ada sedikit untuk bapak.” Sambil ia menyodorkan selembar cek kehadapanku.
Tertera.
Sekian ratus juta.
“Bisa.” Jawabku mantap, karena mengingat saat itu anak laki-laki kita harus melanjutkan ke jenjang universitas, dan harus di luar negeri, donk.
Hihihi. Pasti heboh sekali. Apalagi jika semua anjing-anjing itu kita beri nama. Yang mungkin masih dengan jenis nama yang mengingatkanku pada orang-orang yang mendatangiku. Pasti semua ribut memanggil anjing masing-masing. Tapi yang pasti, rumah kita akan aman, karena maling takut dengan pasukan anjing kita.
Pencuri-pencuri yang menginginkan perhiasan-perhiasan perak, emas, maupun berlianmu tentu akan ciut nyalinya jika melihat anjing-anjing kita yang berkeliaran. Padahal, perhiasanmu kan banyak sekali sayang, ya kan? Perhiasan-perhiasan yang selalu kita beli menggunakan uang ‘bonus’ yang kudapatkan dari proyek-proyek. Itu kan, yang kamu katakan padaku, sayang?
“Kamu kan sudah bekerja keras demi proyek itu, jadi wajar kan kamu mengambil sedikit ‘bonus’, mas?” begitu katamu sambil menimang kalung emas berbandul berlian, “Lagipula, kamu mengambilnya juga tidak banyak, hanya beberapa puluh juta, sebandinglah dengan usaha kerasmu.”
Lalu aku mengangguk-angguk, membenarkan perkataanmu.
Sayang, banyak orang bilang kita ini terlalu maniak anjing. Banyak juga yang bilang anjing itu binatang haram, menjijikkan, menyebar penyakit, dan keburukan-keburukan anjing lainnya. Tapi anjing-anjing kita beda kan, sayang? Anjing-anjing kita adalah anjing-anjing bersertifikat yang selalu kita periksakan ke dokter hewan langganan kita dan mereka selalu buang kotoran di tempat yang sudah kita sediakan.
Sama seperti kita, pemiliknya. Kita bersertifikat. Berijazah. Tanda kecerdasan dan keintelektualan kita. Aku mendapatkan gelar doktor, sedangkan kamu, sayang? S2, di luar negeri pula. Sungguh begitu cerdasnya kita, kaum terpelajar. Yang menandakan bahwa kita mampu menempatkan diri kita dengan benar dan tertata di mana pun kita berada.
Lagipula, anjing-anjing kita juga bersih dan terawat, selalu kita mandikan di salon binatang peliharaan ternama, menggunakan sampo mahal khusus anjing seperti yang kamu inginkan. Yang tentu saja tidak sedikit uang yang kita butuhkan. Sama seperti anak-anak kita, anak-anak kita harus terlihat bersih dan terawat juga kan, sayang? Seperti anjing-anjing kita yang wangi dan halus bulunya.
Anak perempuan kita wajib spa setiap satu bulan sekali, facial dan creambath dua minggu sekali, menicure, pedicure, waxing, ah, juga baju-bajunya pun harus yang high class. ZARA, TOPSHOP, untuk celana jins seharga sembilan ratus ribu pun tidak apa. Asalkan anak perempuan kita terlihat cantik dan terawat, seperti anjing-anjing kita.
Anak laki-laki kita pun juga harus mengenakan pakaian-pakaian yang highclass; POSHBOY, POLO, dia juga harus mengenakan sepatu olahraga yang mahal yang sesuai dengan jenis olahraganya kan? Asalkan anak laki-laki kita terlihat gagah dan terawat, seperti anjing-anjing kita.
“Pak, ini ada dana sumbangan sebesar lima puluh juta untuk korban bencana longsor.” ujar sekretarisku sambil menyerahkan amplop coklat yang tebal.
Aku membukanya, menyerahkan lima juta kepadanya.
“Ini untukmu.”
“Terimakasih pak.” Sambutnya senang tanpa ragu-ragu mengambil segepok uang itu. Lalu segera meninggalkan ruang kerjaku.
Diam-diam, aku menghitung-hitung, dua puluh atau tiga puluh juta ya? Sambil mengingat-ingat siapa yang bulan ini belum melakukan perawatan rutin.
Ahh, rasanya aku sudah tidak sabar menjalani sisa hidupku denganmu dan anjing-anjing kita sesuai dengan keinginanmu. Seperti sajak-sajak Soe Hok Gie yang sering kubaca.
tapi aku ingin habiskan waktu di sisimu, sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang lucu…
(Soe Hok Gie)
Tapi sayangku, sayang sekali, kita tidak bisa memelihara anjing-anjing sayang, kita tidak bisa membicarakan anjing-anjing sambil minum teh, sayang.
Apa kamu lupa, sayang?
Kita dikurung sekarang, seperti anjing.
Ah iya, kita ini memang anjing.
Sepasang suami istri pejabat negara tertangkap KPK karena terduga melakukan tindak korupsi sebesar 5M, pengadilan menjebloskan mereka di penjara selama lima belas tahun.
2 comments
Harusnya hukuman mati aja hehe :) Keren ;)
ReplyDeletembak andin, ceritanya bagus
ReplyDeletekeren deh,,,
^^