People (source: unsplash) |
Sebagai manusia dan makhluk yang memiliki pasangan, keluarga, teman-teman, dan bersosialisasi dengan manusia-manusia lain, pasti ga jarang ada yang bersinggungan atau bergesekan satu sama lain. Kadang-kadang mau bilang 'ga usah peduli omongan orang' juga sebenarnya nggak bisa juga. Saya ingat seorang teman lama pernah bilang, seburuk-buruknya kesan atau pandangan terhadap seseorang, sebisa mungkin, tetap berusaha 'baik-baik' untuk meninggalkan kesan baik untuk diingat. Walaupun di satu sisi, saya juga berpikir, untuk apa berusaha 'baik-baik' kepada orang yang mungkin belum tentu kita bertemu lagi atau malah tidak 'baik-baik' pada kita sendiri?
Saya memang bukan persona paling baik, ramah, santun, yang pernah kalian temui, tapi saya yakin saya juga tidak berada di sisi sebaliknya. Saya orang biasa-biasa saja, yang bisa baik, bisa juga kesal dan berkata-kata yang mungkin dirasa kurang pantas atau kurang sesuai tempat. Sebagai manusia biasa-biasa saja, saya juga pasti punya pikiran dan asumi baik positif maupun negatif terhadap manusia-manusia lain yang berinteraksi dengan saya. Vice versa. Saya juga bukan orang terbaik yang bisa selalu menjaga hubungan ramah tamah dan rutin berbasa-basi. Tidak heran kalau pasti juga ada orang yang memiliki asumsi baik positif maupun negatif terhadap saya.
Pada zaman sosial media dan serba online seperti ini, saya yakin sering kita mendapatkan kabar terbaru dari keluarga maupun teman, baik dekat maupun jauh, melalui sosial media. Entah menginginkannya atau tidak, kadang-kadang kita diberi informasi-informasi tersebut di depan mata begitu saja. Mungkin ada beberapa perasaan bitter saat melihat teman yang kita anggap cukup dekat namun tanpa sengaja melewatkan momen atau kabar terkini, vice versa. Dengan keterbatasannya, memang tidak mungkin untuk satu-persatu teman dan keluarga kita beri kabar terkini. Tapi mau bagaimanapun juga, pasti sedikit banyak perasaan dan asumsi negatif, baik kecewa, sedih, marah, campur aduk itu pasti ada.
Saya mungkin termasuk orang yang paling jarang memberikan informasi terkini satu persatu. I used to, but, time flies. Saya lebih suka memberi kabar ketika semua sudah fixed, sudah jadi, sudah beres, memang tidak jarang beberapa orang terdekat merasa kesal atau marah atau kecewa karena saya suka melakukan hal cenderung diam-diam. Tapi bukan berarti saya menutup-nutupi atau sengaja memberitakan sesuatu setengah-setengah untuk 'minta ditanya', nope, I'm not that kind of person.
Saya orang yang percaya dengan karma. Dalam artian, kebaikan akan berbuah kebaikan dan sebaliknya. Kadang-kadang kalau saya sedang merasa sedih, marah, atau kecewa, saya berpikir, apa dalam jangka waktu sebelumnya saya pernah menyakiti orang lain? Ibaratnya ketika saya kehilangan uang sejumlah X, apakah sebelumnya saya pernah 'mengambil' hak orang sebanyak X?
Daripada bitter, sedih, atau marah kepada orang lain dan menyalahkan orang tersebut sepenuhnya, saya cenderung berpikir apa yang pernah saya lakukan kepada orang tersebut atau orang lain yang mungkin membuat saya harus 'membayar' perasaan ini. Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri ini dijawab oleh; 'ah mungkin ini cuma perasaanku saja'. Lalu selesai.
Anyway, tulisan ini murni keluhan-keluhan saya sore ini. Entah apa pemicunya, saya juga kurang paham, bisa jadi ini tumpukan pemikiran-pemikiran lama, atau gabungan masalah yang saya hadapi hari ini. Saya sempat berpikir, haruskah saya tulis ini di blog? Kesimpulan apa yang bisa ditarik dari tulisan ini? Tidak ada? Is it okay? And so on, and so on. Lalu kembali pada sebuah frase di awal tadi; 'ga usah terlalu mikirin omongan orang'. Selama pada post ini saya tidak menyakiti perasaan orang lain, tidak berkata-kata tidak pantas, tidak membongkar aib, tidak melawan hukum, dan sebagainya, dan sebagainya.
Dunia ini berisi miliaran manusia dan persona,
we can't please everyone, for sure.
Saya mungkin termasuk orang yang paling jarang memberikan informasi terkini satu persatu. I used to, but, time flies. Saya lebih suka memberi kabar ketika semua sudah fixed, sudah jadi, sudah beres, memang tidak jarang beberapa orang terdekat merasa kesal atau marah atau kecewa karena saya suka melakukan hal cenderung diam-diam. Tapi bukan berarti saya menutup-nutupi atau sengaja memberitakan sesuatu setengah-setengah untuk 'minta ditanya', nope, I'm not that kind of person.
Saya orang yang percaya dengan karma. Dalam artian, kebaikan akan berbuah kebaikan dan sebaliknya. Kadang-kadang kalau saya sedang merasa sedih, marah, atau kecewa, saya berpikir, apa dalam jangka waktu sebelumnya saya pernah menyakiti orang lain? Ibaratnya ketika saya kehilangan uang sejumlah X, apakah sebelumnya saya pernah 'mengambil' hak orang sebanyak X?
Daripada bitter, sedih, atau marah kepada orang lain dan menyalahkan orang tersebut sepenuhnya, saya cenderung berpikir apa yang pernah saya lakukan kepada orang tersebut atau orang lain yang mungkin membuat saya harus 'membayar' perasaan ini. Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri ini dijawab oleh; 'ah mungkin ini cuma perasaanku saja'. Lalu selesai.
Anyway, tulisan ini murni keluhan-keluhan saya sore ini. Entah apa pemicunya, saya juga kurang paham, bisa jadi ini tumpukan pemikiran-pemikiran lama, atau gabungan masalah yang saya hadapi hari ini. Saya sempat berpikir, haruskah saya tulis ini di blog? Kesimpulan apa yang bisa ditarik dari tulisan ini? Tidak ada? Is it okay? And so on, and so on. Lalu kembali pada sebuah frase di awal tadi; 'ga usah terlalu mikirin omongan orang'. Selama pada post ini saya tidak menyakiti perasaan orang lain, tidak berkata-kata tidak pantas, tidak membongkar aib, tidak melawan hukum, dan sebagainya, dan sebagainya.
Dunia ini berisi miliaran manusia dan persona,
we can't please everyone, for sure.
Addina Faizati,
Jelang musim gugur
2019