Karena hal paling malas adalah ketika sudah sampai lalu bingung mau apa. Selesai.
Because i (still) try to believe,it’s truly not about destination, but the journey.
sama seperti titik . sebuah cerita nggak akan bagus kalau nggak ada titiknya, kan ?
..tapi aku ingin habiskan waktu di sisimu, sayangkubicara tentang anjing-anjing kita yang lucu…(Soe Hok Gie)
In Our Arrogances, We Questionedsebenernya sih bisa, tapi sulit, katanya cinta bisa ngalahin apa aja? (ah teoriii)
hubungan yang jadi tapi nggak jadi. belum dimulai, tapi sudah berjalan. berjalan, tapi nggak akan berhenti.
that's what we called dillema, kata saya.
maybe heart is on the left, but it's always right, kata saya lagi.
harusnya, hati sama otak itu saling support.
yak, jadi salah satu penulis favorit saya membuat semacam kuis kecil kecil an di twitter, yaitu #creativetuesday, di kuis itu, @IkaNatassa ingin para pembacanya membuat sekelumit lanjutan dari buku keduanya berjudul divortiare. di mana di situ tuh, kisah Beno dan Alexa (kedua tokoh utamanya) sungguh sangat gantung sekali looh :O
dan saya mencoba iseng, toh saya juga berhasrat dengan lanjutan kisah mereka. saya kalah. saya sadar saya membuatnya baru beberapa saat menjelang paling lambat pengumpulan dan dengan ending yang oh-sungguh-maksa-sekali. tapi luamayan lah *menghiburdiri
oh ya, karya yang menang bisa ditengok di sini :)
dan ini karya saya, enjoy ! :)
What’s Next at Nasi Goreng Sabang
“Eh, tahu nggak kenapa harga nasi goreng di sini bisa murah banget?” Beno bertanya tiba-tiba di sela sela takbir yang berkumandang pelan pelan di sebuah masjid entah jauh di mana. Dini hari, namun aku masih bisa melihat mulutnya terus mengunyah suapan besar nasi gorengnya.
“Mmm… karena mereka nggak ada branding? Lokasi yang tidak worth it? Atau mungkin karena…” mulutku sudah bersiap melancarkan jawaban-jawaban ilmiah ala seorang bankir, namun Beno sudah menyela dengan tawanya.
“Hahaha. Dasar kamu itu ya?” Beno tertawa lepas. Tawa yang sudah lama tidak kulihat empat tahun terakhir ini. That-to-die-for-a-hot-shot-surgeon’s-laugh. Shit! How could I miss his laugh? Aku merutuki diriku sendiri. “How if because this meat is from human meat?”
“Hahaha. Apaan sih Ben. Are you trying to make a joke, huh?”
“Alexa, I’m a doctor. A surgeon. You have to remember that.” Ujar Beno serius. Well, err… aku mulai sedikit percaya sekarang. Beno adalah seorang dokter, dokter bedah. Bisa dipastikan dia memahami struktur daging manusia. Dan kalau daging dalam nasi goreng ini adalah daging gelandangan yang mati atau mayat tak dikenal, bukankah terdengar wajar kalau harga nasi goreng ini menjadi begitu murah? Yuck! Aku berhenti mengunyah dan meletakkan sendokku.
“Aku tidak tahu apakah analisis dokter bedah jantung ini benar atau tidak. Tapi setidaknya, kamu berhasil menghilangkan selera makanku, Ben.” Aku meraih gelas es teh milikku.
“You know what? This is not about what you eat, but who you eat with.” Kata Beno dengan lembut. Nasi goreng di piringnya sudah habis. Matanya menatapku, like he used to be about four years ago.
“Does it mean have a late dinner with your ex-husband is such a great and oh-so-romantic-dinner? In case you eat a human meat? I think you have to meet a physioterapist-doctor, Ben.” Sahutku setengah bercanda.
“Hahaha. Oh ya ? Oh bahkan kamu kecanduan nasi goreng ini kan, Lex? Nasi goreng manusia, loh. You such a psikopat.”
“Anyway, it’s not about what we eat, right? Somebody told me…” sinisku menyindir Beno. Mengulang kalimat yang dia ucapkan barusan dengan menekankan kata somebody.
“So you say have a fried-human-rice dinner with your ex husband is a great dinner?” Beno balas menyindirku. Shit! Bagaimana Beno bisa selalu membuatku kesal namun setengah tertawa seperti ini? Dengan kalimat-kalimatnya yang setengah mengejek itu? “You said that eat human meat is no problem, and have a dinner with your ex-husband is great. See? Bukannya kamu yang have to see a doctor, Lex?”
“Only if the doctor is you, Ben.”
Shit! Have I just say it? Have I?!
Beno tersenyum.
“Deal.”
Then we kissed.
Okay, aku bahkan tidak percaya kami berciuman di emperan Nasi Goreng Sabang ini. Rasa nasi goreng kami masing masing saling tertukar. Dan aku bahkan tidak peduli bagaimana orang orang melihat kami atau tidak. Just feel it.
“But, Alexa, I’m not a physioterapist. I’m a surgeon-doctor.”
“Ben.. I don’t care.”
Well, have you ever feel like you just eat the most delicious-greatest-taste-food in the world? Even that’s just a nasi-goreng-emperan or a identified as a-human-meat-food? Just like what I feel. It's about who you eat with (and also the way you ‘eat’ :p).
Just like what I feel.
With my ex-husband who I’ll make him a husband again.
PS: i'm in love with Beno character, for sure . he is such a to die for arrogant but eligible man. i wish i could find my own 'Beno' :)