Indochina Trip (5Countries 10Days): Karma Malaka

By addinaf - 9:30:00 AM

Sebelumnya :
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Prolog
Indochina Trip (5Countries 10Days) : Malam di Singapura
Indochina Trip (5Countries 10Days): Suatu Siang (yang panjang) di Singapura

Day 2, 31 March 2015

Setelah yang saya ceritakan pada posting sebelumnya, akhirnya kami bertiga naik SMRT nomor 159 menuju Johor Baru. Hanya setengah sampai satu jam saja kami sudah sampai di keimigrasian Singapura - Malaysia. Bentuk keimigrasian ini menyerupai semacam terminal beberapa lantai. Banyak sekali orang orang berpindah Singapura - Malaysia, ya semacam kerja nglaju saja sepertinya. Keimigrasian Singapura - Malaysia bisa dibilang cukup nyaman dan lancar. Semua beratap jadi tidak perlu takut kehujanan (akan ada cerita ke-imigrasi-an yang terlalu 'bocor' nanti), kebetulan sore itu sedang hujan.

Setelah keluar dari pemeriksaan, kami tinggal menunggu di halte yang tersedia dan naik bus yang sama yaitu nomor 159. Kalau tidak salah selama melawati imigrasi tersebut kami 'berpindah' bus sebanyak dua kali. Kecuali pada pintu keluar imigrasi, kami tidak lagi naik 159 (sudah selesai), menurut blog yang saya screenshot, kami harus menuju Larkin (terminal bus Johor Baru) untuk menuju Malaka. Saya kurang ingat detail kode atau nomor busnya, tapi kalau tidak salah kemudian kami naik bus lagi dengan biaya 1,5RM untuk menuju Larkin.

Kami menunggu cukup lama hingga bus menuju Larkin tiba, oh ya, selama menunggu kami sempat tergoda oleh bus lain berwarna kuning yang kondekturnya berteriak "Larkin! Larkin!" dengan logat melayu, namun menurut Malaysian sebelah kami, bus itu akan banyak berhenti dan tidak direct mencapai Larkin. Kami pun menahan diri dan mencoba bersabar, sekitar lima belas menit kemudian bus yang dimaksudkan baru datang, finally, kami menuju Larkin.

Rupanya perjalanan menuju Larkin cukup macet. Suasana Johor Baru sedikit banyak mirip Jakarta coret, mungkin Bekasi atau daerah mana yang di luar-luar Jakarta, banyak area pertokoan di kanan kiri jalan. Saya kurang ingat jam berapa tepatnya kami tiba di Larkin, yang pasti kami tiba di Larkin sudah menjelang maghrib. Siapkan mental ketika tiba di Larkin, karena akan banyak calo tiket menawarkan kalian semacam terminal-terminal di Indonesia. And that was so annoying!


Larkin Terminal
source

Kami bertiga yang obviously memakai backpack jelas sudah terindikasikan sebagai turis, sudah bisa ditebak, kami langsung diserbu oleh pertanyaan semacam; Kemana? Kuala Lumpur? Malaka? Dan sejenisnya. Bahkan kami mau sholat dan ke kamar mandi pun diikuti! Man! Strategi berikutnya adalah, Hanief berkeliling menuju loket pembelian bus untuk melihat jadwal dan membeli tiket bus, tanpa kami harus berjalan beriringan bertiga (terlalu mencolok untuk para calo). Kami mendapat tiket sekitar jam 7 malam kalau tidak salah. Harga tiket bus menuju Malaka adalah 21RM. Baru di Indonesia saya hitung-hitung dari tiket SMRT, bus Larkin, dan bus ini, kami berhemat sekitar separuh (+10SGD) dari total harga perjalanan menuju Malaka dibandingkan dengan menggunakan bus 20SGD. Yay!

Selama perjalanan menuju Malaka saya sudah tidak lagi banyak melihat-lihat jalan karena sudah relatif malam dan mengantuk, yang jelas kami tiba di Malaka malam sudah cukup larut. Kami tiba di Malaka Sentral, terminal bus Malaka yang lebih besar dibandingkan Larkin dan lebih rapi dan bersih. Permasalahan berikutnya adalah, how we get to the city centre? Seperti yang saya bilang tadi, terjadi perubahan jadwal dari itinerary kami sebelumnya. Saya tidak merencanakan akan tiba di Malaka selarut ini.

Kebetulan saya yang melakukan 'survey' Malaka dan seingat saya, jarak menuju pusat kota tua nya tidak terlalu jauh, based on Google Maps. Malam sudah cukup larut dan Malaka bukanlah kota yang terlalu besar, suasana sudah relatif sepi, terlalu beresiko untuk nekat berjalan kaki. Kami masuk ke bagian dalam terminal yang kebetulan juga ada sebuah warung makan melayu untuk bertanya pada satpam yang sedang berjaga.

Kami menanyakan bagaimana cara agar kami bisa menuju ke pusat kota tua Malaka, berbincang-bincang sebentar, dapat ditarik kesimpulan bahwa jaraknya tidak sedekat yang saya lihat di Google Maps, dan satu satunya cara adalah dengan naik taksi yang bisa mencapai 40RM! Saat kami mulai bingung, satpam tadi menunjuk ke arah warung dan berkata pada kami; "Anyway, he is one of the boss of a hostel in Malacca."

Kami bertiga spontan menoleh dan melihat sesosok Bapak India berumur sekitar 30 tahun menuju 40 berjalan ke arah kami dari panggilan satpam tadi. Beliau berkata bahwa dia adalah pemilik salah satu backpacker hostel di Malaka, tepatnya di area Red Building yang kebetulan sedang menengok warung makan tadi dengan anaknya. Ada seorang anak kira kira berumur 10 tahunan sedang duduk dan makan di warung tadi. Kemudian dia menawarkan akan mengantarkan kami menuju kota tua dengan mobilnya sambil dia mengajak kami duduk di warung tersebut. Kami berbincang-bincang sambil menunggu anak nya tadi menyelesaikan makanannya.

Saya pribadi sebenarnya sedikit khawatir dia orang 'jahat', tapi saat itu kami bertiga merasa tidak ada pilihan lain, lagipula, satpam yang merekomendasikan Bapak India tersebut pada kami ditambah Hanief dan Hendro cuek cuek saja. Kami pun ikut berbincang-bincang dengannya di warung tersebut. Rupanya Bapak tersebut yang kemudian kami kenal sebagai Sunil, adalah seorang dokter terapis yang pernah beberapa kali ke Indonesia (Jakarta), dia bercerita tentang pengalaman buruknya di Jakarta yang pernah dirampok di dalam taksi saat dia hendak menuju suatu tempat. Kasus yang sempat populer di Indonesia itu, saya yakin kalian masih ingat.

Mendengar ceritanya, saya menjadi sedikit lega sambil berdoa semoga Sunil tidak mengarang-ngarang cerita dan akan berbalik menjahati kami. Sunil juga mempertanyakan pekerjaan kami, apakah pelajar, atau sudah bekerja, di bidang apa dan sebagainya. Kemudian sekitar pukul setengah dua belas kami keluar dari terminal dan menggunakan mobilnya bersama-sama. Mobilnya adalah tipikal mobil tua klasik, semacam mobil Pak Apep (nama bos saya), apa ya jenisnya? Saya kurang hafal, yang jelas kira-kira seperti itulah seleranya. Saya bingung juga mau googling in nya haha ._.

Sepanjang perjalanan, Sunil bercerita mengenai sedikit banyak sejarah kota Malaka dan dengan 'sengaja' memutar-mutar-kan kami untuk melihat-lihat dan memperkenalkan beberapa bangunan must visit Malaka. Malaka malam memang sepi, semacam Jogja mungkin, atau mungkin lebih sepi. Malaka tidak memiliki kendaraan umum seperti MRT/skytrain, hanya ada bus yang tidak begitu banyak dan taksi yang konon sengaja menaikkan tarifnya karena mereka paham turis tidak ada pilihan lain. Oh ya ada juga cerita tentang slogan baru Malaka yang menurut Sunil kurang hangat untuk turis made by their new governor yang menurut Sunil terlalu muda. Slogannya adalah; Don't Mess with Melaka. Quite scary, right?


Don't Mess with Melaka

Berdasarkan informasi dari Sunil, segera Singapura akan membangun semacam jalur kereta cepat menuju Malaysia dan Bangkok yang nantinya akan menjadi jalur kereta terpanjang. Menarik! Malaka malam memang sepi dan tidak terlalu banyak orang, Sunil sempat izin untuk mengambil stok bir dari sebuah bar untuk hostelnya. Saat itu, jujur saja saya sedikit khawatir tapi alhamdulillah memang Sunil benar benar mengambil beberapa krat bir. Selanjutnya, sepanjang perjalanan, Sunil banyak bercerita tentang pengalamannya sebagai pemilik hostel sekaligus dokter di Malaka, tentang pengunjung hostelnya, dan sedikit banyak bertanya tentang rencana perjalanan kami sambil terkadang berbicara tentang sejara Malaka.

Sekitar 15 menit - 20 menit kami sudah sampai di hostel yang dimaksud, Sunny Inn, cukup dekat dari area Red Building District. Hostel tersebut berupa semacam ruko yang tipis, tipikal backpacker hostel, per malam hanya 25RM.  Sunil memperlihatkan pada kami koleksi ikan peliharaannya di beberapa titik di hostel, he is such a nice guy, actually. Sunil juga memperkenalkan kami pada staf nya, another Indian guy, Suvha, karena Sunil tidak 24 jam berada di hostel. Hostel tersebut dikunci dari luar, setiap pengunjung akan diberi satu kunci pintu depan dan satu kunci kamar demi alasan keamanan. Sunil juga menawarkan untuk rencana trip kami berikutnya, baik booking bus, ataupun kereta.

Suasana lobby hostel (foto dari worldbesthostel),
anyway tapi beberapa furnitur sudah berubah waktu kami ke sana, sofa sudah jauh lebih baik, dan televisi lebih besar,
sudah ada beberapa akuarium juga
source
Fiuh, akhirnya bisa tidur lagi dengan tenang. Such a really long and tired day that we have. Anyway, interesting part nya di malam ini adalah, saat Sunil meminta saya turun ke lobby untuk mengambil handuk dan selimut, terjadi sebuah percakapan kira kira seperti ini;

"Addina, do you know Karma?"
"Yes, I know. Why ?"
"I think you did a good deeds so that God sent me because of that good deeds. Because I rarely go to the Terminal, for your information."

Kalimat itu yang membuat saya sedikit banyak berpikir mengenai banyak hal, bagaimana kebaikan dibalas dengan kebaikan, and vice versa. Malam itu kami dalam hitungan menit masing-masing tertidur karena sudah cukup lelah karena seharian berjalan-jalan di Singapura (with backpack) sampai akhirnya tiba di Malaka. Saat itu saya merasa ini sudah berganti hari lho. Iya, post sebelum ini, dan post yang sekarang sebenarnya terjadi dalam satu hari.

PS: I didn't take a lot of picture at night, so sorry :(

Selanjutnya:
Indochina Trip (5Countries 10Days): Such a Slow Day in Malacca 
Indochina Trip (5Countries 10Days): Bangkok's Unpredictable Crowd
IndoChina Trip (5Countries 10Days): God is in Details
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Crowded yet Empty Cambodia
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Mystical Sunrise in Angkor Wat
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Last Stop: Ho Chi Minh City!
IndoChina Trip (5Countries 10 Days): Lovely Ho Chi Minh City
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Epilog
IndoChina Trip (5Countries 10Days): Budget and Itinerary
Addina Faizati

  • Share:

You Might Also Like

8 comments

  1. Ndiin, suka banget pas bagian si sunil nya nanya "do you know karma?" aak~

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya tiss itu aku juga nyess banget, kepercayaannya masih India banget si Sunil ini

      Delete
  2. I knew that feel mbak, aku juga pernah numpang orang tak dikenal dari solo-jogja,sendiri. :D
    Anyway, kutunggu lanjutannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku malah lebih ga yakin kalo di Indonesia nis haha. ditunggu ya weekend ini

      Delete
  3. tapi kalo ke melakanya malem-malem bareng temen seru sih.
    coba kalo kesananya sendiri trus ketemu sama pak sunilnya. bisa-bisa mikir dua kali untuk diajak bareng ke hostelnya naik mobil

    :D

    ReplyDelete
  4. Ceritanya indochina-nya bagus-bagus. Foto detail arsitekturnya juga keren. Keep up the good works!

    ReplyDelete
    Replies
    1. whoaa thankyou for passing by and your kind words wira! :D

      Delete