Titik

By addinaf - 9:23:00 AM


“Hujan itu terdiri dari titik, apa garis?” tanyamu. Memecah keheningan di tengah riuh rendah sebuah tempat hiburan biasa di kota kota besar. Ketika kita sedang menunggu pertunjukkan sebuah film yang entah sama sama ingin kita tonton, atau hanya berusaha mencari celah agar bisa berbincang berdua, atau keduanya. Ketika itu, hujan.

Aku terdiam. Dinding dinding kaca yang mengitari kita membuat rintik hujan terlihat lebih jelas. Tapi entah, titik atau garis. Memangnya apa? Apa aku mempedulikannya?
“Mmm.. titik?” aku menjawab sekenanya. Teringat lagu masa kanak kanak mengenai hujan. Titik titik hujan. Bukan garis garis hujan.
“Menurutku garis.” Berkebalikan denganku, kamu menjawab dengan mantap.
“Kenapa?” aku menolehkan kepalaku ke arahnya. Kami duduk bersebelahan di sebuah kursi tunggu empuk berwarna coklat muda lembut di sinema tersebut. Duduk tepat di tepi dinding kaca, kami bisa melihat tetes air dan warna biru tua dari langit yang menjelang malam.

“Garis itu kan berkelanjutan. Titik berarti selesai.”
“Tapi garis terdiri dari titik.”
“Hujan itu garis.”
“Garis itu terdiri dari titik.”
“Aku lebih suka garis. Dinamis. Berkelanjutan.”

Lalu kita berdua terdiam. Merenungi hal sesepele terdiri dari apakah hujan itu. Kamu masih bersikeras bahwa hujan itu terdiri dari garis, padahal garis itu sendiri dari titik titik yang saling terhubung. Itu berarti, hujan itu titik kan?

“Kamu ngerasa nggak sih, barusan pertanyaanmu itu manis?” tanyaku. Memecah perenungan sepele hujan kami masing masing tadi. Pertanyaannya manis. Pertanyaan yang tidak akan kusangka terlontar dari laki laki tegas dan anti hal hal manis dalam apapun baik makanan, film, lagu atau apapun seperti kamu.

“Oh ya?” kamu menoleh ke arahku dengan senyum sedikit terkejut. Manis. “Enggak. Aku nggak berpikir itu manis. Just wondering.” Lalu kamu kembali menatap ke depan. Sampai akhirnya suara wanita menggema ke seluruh sinema. Memanggil pemilik pemilik tiket film tersebut. Film action. Seperti yang aku bilang, dia tidak suka hal manis. “Eh, masuk, yuk.” Sahutnya cepat. Tangannya meraih pelan tanganku.

Buatku, hujan itu seperti kamu. Titik.
Kamu itu titik buatku.

  • Share:

You Might Also Like

2 comments