Akhir Tahun Ketiga

By addinaf - 4:57:00 AM

Aku habis baca “Akhir Tahun Ketiga” di buku tahunan. Yang anak-anak SIGMA biasa menyebutnya ‘om sam’.

Nice Riq. Aku suka. Mbrambangi malah pas bacanya.
Aku suka di bagian tempat parkir; yang si ‘aku’ nyesek karna udah nggak bisa gabung lagi lantaran udah ‘alumni’ sama pas bagian percakapan si ‘aku’ sama temen spesialnya:
“Depan sekolah kita, dulu?”
Ada kata ‘dulu’ nya.
Entah aku pas bacanya pas lagi mellow gara-gara habis wisuda atau emang tulisanmu yang bagus atau karena kedua-duanya. Yang jelas; aku jadi pengen bikin another “Akhir Tahun Ketiga” versiku. Yang bisa jadi nggak sebagus “Akhir Tahun Ketiga” versi asli.
Baca ya :D
Start!

Aku hanya bisa mengenang.
Sambil membuka-buka buku tahunan yang mungkin cetakannya kurang jelas. Samar dan buram. Namun, ingatan tentang apa-apa yang tertuang di dalamnya masih jelas, sangat jelas, aku bahkan masih mengingat tiap detilnya.
Terutama pada awal masaku; sebagai seorang pelajar sekolah menengah atas. Di SMA 1. Tujuh hari yang berat. Tujuh hari yang panas dan melelahkan. Masih kuingat debar jantungku saat kami bersama-sama dikumpulkan di aula dan seorang kakak berkaos putih biru dengan topi yang digantungkan di pinggangnya mulai dengan cepat dan tegas memanggil nama; entah nama siapa.
Saat itu aku hanya terfokus pada namaku. Apakah aku dipanggil? Apa aku kena BL? Dan sebagainya.
Aku masih sangat mengingat itu. Masih jelas.
Ah, aku juga tidak lupa masa-masa berat yang menantiku selanjutnya; ketika entah apa yang ada di otakku saat itu hingga aku mau-maunya di panggang dalam oven besar berwarna biru setiap sore. Dalam oven itu terpanggang sekitar delapan puluh orang yang berjajar rapi. Kami memang bukan kue, kami tonti.
Kekalahan besar yang menyakitkan akan selalu terasa jelas. Begitu juga dengan kemenangan-kemenangan kecil, masih tetap terasa begitu jelas.
Tidak buram sama sekali.
Entah apa pula yang membuatku setengah terhipnotis dengan tempelan-tempelan poster yang tidak tertata rapi itu. Di bagian yang agak tersudut. Dengan kincir angin raksasa dari gabus dan kardus. Dengan speaker yang menyala keras dan gerombolan orang setengah gila di dalamnya. Kami memang bukan orang gila. Kami hanya orang yang mengaku-aku kreatif dan inovatif. Kami SIGMA, 29.
Aku bahkan masih bisa mengingat dengan jelas.
Saat kami melahirkan majalah berwarna coklat; yang kebetulan tidak ada satupun karyaku di dalamnya; entah aku harus bersyukur atau bersedih. Itu majalah pertama kami, majalah yang memacu kami satu tahun ke depan.
Terutama saat kami berhasil menerbitkan majalah sedikit bobo berwarna kuning itu. Cover yang sangat kuingat jelas. Dan aku sungguh berterimakasih karenanya. Ah, aku juga sangat mengingat majalah setengah terbalik itu, ungu oranye. Buatanku.
Dan kenangan-kenangan tentang ke FUNKY an dan kesombongan kita tentang majalah-majalah ‘bobo’ kita.
Aku juga masih mengingat dengan jelas ketika aku melihat sebuah kaos putih dengan sedikit aksen oranye. Pit Onthel. Bagaimana kerasnya perjuangan kita, masih ingat H-30 hari itu kan? Bagaimana dan apa yang terjadi pada tanggal 23 Juni 2008 itu. Masih kuingat dengan jelas.
Ah, foto teladan2009 ini. Teringat jelas olehku bagaimana mengumpulkan kita semua, menata kita semua. Dan suasana saat itu. Ribut dan sungguh tidak teratur.
Teladan2009.
Halaman buku tahunan ini sudah habis.

Aku hanya bisa mengenang.
Sambil menekan tombol panah Pg Up pada keyboard laptopku saat aku hanya bisa menatap momen-momen yang tertangkap oleh blits kamera dengan ACDSee yang kumiliki.
Momen-momen yang terlihat begitu jelas. Tentu saja; dengan kamera resolusi tinggi dan laptop yang cukup canggih. Tidak buram dan kusam seperti buku tahunan milikku yang tadi. Namun perasaan yang kurasakan sekarang begitu samar. Tidak jelas. Buram. Aku ragu-ragu.
Bahkan ketika aku mulai melihat-lihat foto yang tercapture.
Apa aku merindukan GVT? Jelas tidak. Aku tidak ingin mengalami tugas-tugas berat itu lagi.
Apa aku ingin berlari-lari di lorong saat moving class berebut tempat duduk? Aku hanya tersenyum. Entahlah.
Apa aku ingin lagi di oven dalam oven besar berwarna biru itu? Sungguh jelas jawabannya. Tidak.
Apa aku ingin lagi rapat sampai sore atau bahkan senja? Ah, sungguh capek.
Yang aku inginkan adalah memutar lagi kenangan lama yang tersimpan tentang kalian.

Kalau bisa aku ingin kembali ke masa lalu. Ke masa itu. Ke masa di mana ada ucapan atau perbuatan yang harus kuperbaiki. Ke masa di mana aku harus meminta maaf. Ke masa di mana aku harus mengatakan dengan tegas. Ke masa di mana aku harus berterimakasih.
Bahkan sampai saat ini aku belum sempat berterimakasih kepada siapa-siapa.

Perasaanku begitu kabur. Begitu paradoks dengan jernihnya koleksi foto 16 giga byte milikku. Campur aduk. Bahkan lebih bercampur daripada es campur mungkin.
Aku klise.
Toh, nyatanya ke klise an kehidupan kita semasa SMA tetap mempu membuat kita
tersenyum kan?

Tiba-tiba gambar kecil baterai di laptopku berkedip.
Baterainya habis.
Aku harus mematikan laptopku.
Bukan untuk selamanya, tapi untuk sementara.

Aku menutup layar ACDSee.
Seperti aku menutup lembar buku tahunanku.
Dan masa SMA ku.

  • Share:

You Might Also Like

8 comments

  1. kangen lari di lorong berebut kursi,,,
    masa-masa itu
    padahal masih banyak daftar dalam list *yang ingin aku lakukan semasa sma* yang sekarang belum terpenuhi, sampai saat ini telah menjadi foto

    ReplyDelete
  2. iya char bener bangeeettt x((

    nyesel nyesel gimana gitu x'(

    ReplyDelete
  3. ho oh nyesel, tapi ya mau gimana lagi x((

    ReplyDelete
  4. woooww mbaaak andin, bagusss!
    wah g kebayang kalo ak bsok udah lulus uhuk uhuk :|

    ReplyDelete
  5. @dissa
    tenang diss masih dua taon;
    "dan perjalanan panjangpun dimulai"

    hihhi :B

    tengkiyu dah walking :)

    ReplyDelete
  6. .ndiiiiiin ,,,
    .bagus ,,

    .pas jd siswa SMA 1 mgkn biasa ajja , tp pas uda lulus , jadi kerasa bgt feel 2009 ,,



    *love2009

    ReplyDelete